"sayang, mau berpeluk? mau bercinta? telepon aku cepat, sebelum seseorang membawaku pergi. malam ini aku butuh duit..."
aku mau jual kelamin saja sayang
siapa tahu lebih menjamin hidup
aku kan tak mau hidup susah lagi
aku capek!
lebih baik aku mangkal saja
jadi penutup hidangan makan malam
atau makan siang
terserah saja
yang penting taruh uangnya dulu di atas meja
aku malas kalau harus membangunkan babi-babi itu
jangan-jangan mereka malah ketagihan dan tak mau melepasku
minta tambah lagi
huh.. enak saja!
di warung tegal saja, tambah krupuk harus bayar
apalagi ini alat kelamin
yang cuma satu
bagaimana?
mau nambah?
taruh uangnya di meja...
ayo mulai...
"sayang, kenapa belum menelponku? apakah karena aku terlanjur menjual kelaminku? sayang..."
*imajinasi liar terinspirasi dari betina liar... terkadang menjadi liar itu anugerah.
Pelacur
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Pelacur adalah seseorang yang menjual jasanya untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggannya, biasanya dalam bentuk menyewakan tubuhnya.
Di kalangan masyarakat pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki); tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan baik-baik.
Salah seorang yang mengemukakan pandangan seperti itu adalah Augustinus dari Hippo (354-430), seorang bapak gereja. Ia mengatakan bahwa pelacuran itu ibarat "selokan yang menyalurkan air yang busuk dari kota demi menjaga kesehatan warga kotanya."
Pandangan yang negatif terhadap pelacur seringkali didasarkan pada standar ganda, karena umumnya para pelanggannya tidak dikenai stigma demikian.
Penyair W.S. Rendra pernah menulis dua buah puisi tentang pelacur yang lebih netral dalam "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta!" Bahkan lebih dari itu, dalam puisinya "Nyanyian Angsa", Rendra melukiskan Maria Zaitun, seorang pelacur, yang justru menjadi kekasih Tuhan, yang dikontraskannya dengan kaum agamawan yang menjauhkan diri daripadanya.
Saat ini pelacur juga sering disebut dengan istilah pekerja seks komersial. Pelacur laki-laki disebut gigolo.
sumber :
http://groups.or.id/wikipedia/id/p/e/l/Pelacur.html
Sunday, September 16, 2007
Imajinasi Liar*
Diposkan oleh destila dee di 7:42 AM
Label: puisi carut marut
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment