Aku membayangkan diriku mati. Berada di dalam peti mati yang berenda putih, dan aku terbaring disana. Bukan mengenakan kain pocong yang mengerikan itu, bukan seperti itu dandanan kematian yang aku mau. Aku mau mengenakan baju panjang putih, bisa kebaya atau busana muslim biasa, dengan kerudung putih polos cantik yang menghiasi wajahku. Aku ingin terlihat cantik, walaupun pucat, secantik mungkin di saat terakhirku. Bahkan jikalau aku tak pernah tahu aku cantik, setidaknya hari itu seluruh orang yang menghadiri upacara pemakamanku mengenangku dengan baik, mengenangku sebagai wanita cantik yang mati muda. Mati muda tapi cantik. Cantik tapi mati muda. Ehm… mana yang penting?
Maka, aku pun mulai membayangkan hari itu, menghitung-hitung siapa saja yang akan datang, siapa orang yang akan menangisi kepergianku, orangtuaku? Saudaraku? Teman-temanku? Mantan pacar? Orang yang menaruh hati padaku? Siapa?
Kira-kira, berapa orang yang akan sudi datang di hari itu? meluangkan sedikit waktu mereka dari seluruh hal penting yang menyita hidup mereka, apakah aku akan menjadi prioritas mereka? Apakah mereka akan rela memakai pakaian berwarna gelap di siang yang panas? Menutupi wajah mereka dengan kerudung hitam sambil sesekali menyeka air mata yang menetes, hanya sekedar mengingatkan mereka tentang aku, seperti apa aku dimata mereka, dan kematian yang kelak akan datang juga pada mereka? Apakah mereka akan mengantarkanku hingga ke pemakaman umum tempat terakhirku di bumi ini? toh ragaku takkan tiba-tiba berpindah lagi kan? Karena sungguh aku tak pernah bercita-cita menjadi arwah penasaran. Aku hanya ingin mati dalam damai. Mati tanpa menghantui siapapun.
Thursday, September 4, 2008
Dongeng Sebelum Tidur
Diposkan oleh destila dee di 1:19 AM 1 komentar
Label: Fiksi
Subscribe to:
Posts (Atom)